Cari Blog Ini

Selasa, 19 September 2023

Kisah Sri; Kisah Cinta di Pusaran Pemilu

 


Daftar Calon Sementara telah dirilis. Sri masih termangu, memandang gamang pada foto suaminya yang dinyatakan lolos verifikasi. Salinan Surat Keputusan yang diperolehnya dari seorang teman yang merupakan penyelenggara Pemilu kini tergenggam di tangannya menjadi tanda bahwa suaminya semakin jauh melaju mendekati Gedung Dewan. Awalnya, kekhawatirannya hanya tentang guncangan ekonomi keluarganya yang menjadi perhatian jika suaminya gagal. Kini, kekhawatiran itu bertambah ketika terdengar kabar tentang kedekatan suaminya dengan seorang perempuan yang menjadi pengurus di partai yang sama dengan suaminya.

Sri merasa bahwa ini adalah saat yang tepat untuk merenungkan semuanya dengan lebih tenang. Dia memutuskan untuk sementara pindah ke kota lain dengan alasan untuk menenangkan diri.

Kota yang jauh dari kampung halamannya itu memberikan Sri waktu dan ruang untuk merenung. Dia berjalan-jalan sendirian di taman-taman kota, mendengarkan suara gemericik air, dan merenungkan masa depannya yang kini penuh ketidakpastian. Sri tahu bahwa keputusan suaminya untuk berkarier di politik adalah hal yang tidak pernah terlintas dibenaknya. Namun, ketidakpastian hubungan mereka dan isu-isu yang berkembang membuatnya merasa perlu untuk meresapi situasi dengan lebih dalam.

Selama beberapa waktu, Sri juga menemukan teman-teman yang ramah di kota baru ini. Mereka mendengarkan cerita Sri dengan penuh perhatian dan memberinya perspektif yang berbeda. Sri mulai merasa lebih kuat dan siap untuk menghadapi apa pun yang akan datang. Sepertinya Sri akan mengajukan pindah domisli agar tetap bisa memberikan hak suaranya dalam pemilu nanti. Toh pindah memilih dalam pemilu dibenarkan karena 9 (Sembilan) keadaan dan pindah domisili salah satunya. Penyelenggara Pemilu juga sudah membuka Posko Layanan DPTb bagi pemilih yang akan pindah memilih. Tapi bagaimana dengan nasib anaknya yang sementara ini dititipkan pada ibunya? Jujur saja, Sri sudah sangat rindu pada buah hatinya tapi dia butuh ruang untuk berpikir. Rindu untuk suaminya pun kadang menyelip tapi Sri mencoba unntuk bertahan. Tiba-tiba pikiran lain terlintas dalam benak Sri. “Jangan-jangan Yadi semakin dekat dengan perempuan itu sementara dirinya menenangkan diri” demikian pikiran aneh itu menggerogoti benak Sri.

Akankah Sri mendaftarkan diri pada Posko Pelayanan DPTb ataukah dia harus pulang agar kedekatan suaminya dengan perempuan lain tidak semakin menjadi.?

Nantikan lanjutannya dalam part berikut

Balaesang, September 2023

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Ngakak Bersama ChatGPT; Seberlebihan itukah?

Malam sudah beranjak separuh, tapi mata kok gak bisa tidur ya. Pasti pengaruh kafein yang sempat kuminum di hajatan tetangga sore tadi. Kubuka layar laptop..ya…hanya kubuka tanpa tahu untuk apa. Iseng, kucoba membuka ChatGPT, siapa tahu ada ide tulisan. Diantara denting papan ketik, kutulis pertanyaan sederhana ke ChatGPT, sekedar ingin tahu seperti apa respon kecerdasan buatan yang lagi booming ini. Apakah benar-benar cerdas atau dicerdas-cerdaskan…hehehe…kalian pahamlah maksudku. Aku ingin mencoba membuat bionarasi singkat tentang diriku. Sederhana dan tak berlebihan. Namun, apa yang kudapatkan? ChatGPT memberikanku bionarasi yang ah...epik, luar biasa tapi konyol dan berlebihan, sampai-sampai aku menyemburkan tawa yang tak sekedar kekehan.

Dengan senyum yang selalu merekah dan mata yang berbinar penuh semangat, setiap hari adalah sebuah petualangan bagi seorang guru SD yang selalu ceria dan suka tantangan. Di antara suara cekikikan anak-anak dan aroma krayon, dia menemukan waktu untuk memeluk hobi berkemahnya, merasakan kedamaian alam bebas dan gemerlap bintang malam. Namun, petualangannya tak berhenti di sana. Di dunia digital, dia adalah seorang pembuat konten YouTube yang inspiratif dan penulis blog yang penuh wawasan. Setiap kata dan gambar yang dia bagikan adalah bukti dari semangatnya yang tak pernah padam, selalu mencari dan mengejar tantangan baru dalam hidup”. Demikian bionarasi ala ChatGPT.

Masih menahan gelak. Seberlebihan itukah?. Meskipun demikian, ada sesuatu yang lucu dalam upaya mesin ini untuk memahami dasar kemanusiaan, tetapi pada akhirnya mereka hanya memberikan gambaran yang berlebihan dan nyaris tidak masuk akal. Ketidakmasuakalan inilah yang membuatku semakin tidak bisa menahan tawa. Seolah-olah ChatGPT dengan polosnya mencoba memberikan gambaran epik tentang seseorang, namun pada akhirnya justru terdengar konyol dan lucu. Ya...namanya juga kecerdasan buatan, ye kan? hehehe...

Ketika tawa reda, aku mulai berpikir. Di zaman teknologi modern, kita sering terjebak dalam pandangan yang berlebihan tentang diri kita sendiri. Media sosial penuh dengan foto-foto yang luar biasa, cerita hidup yang selalu menyenangkan, dan pencapaian demi pencapaian yang kadang-kadang membuat kita merasa tidak cukup. ChatGPT mungkin hanya reflek dari kecenderungan kita saat ini: menciptakan gambaran diri yang berlebihan di mata dunia.

Apa yang benar-benar penting, bagaimanapun, adalah esensi kemanusiaan kita—bukan gambaran yang berlebihan, tetapi fakta tentang siapa kita, apa yang kita rasakan, dan bagaimana kita berinteraksi dengan dunia kita. Bionarasi yang berlebihan dalam ChatGPT terkadang lucu, tetapi itu mengingatkanku untuk selalu jujur dengan diri sendiri, untuk menghargai realitas dan keunikan yang ada dalam diri kita.

Meskipun bionarasi itu lucu tapi Aku memperoleh pelajaran berharga dari ChatGPT. Meskipun menyenangkan, itu bukanlah tujuan kehidupan kita. Yang benar-benar penting adalah kejujuran serta kemampuan untuk tertawa atas kekonyolan dan kesalahan orang lain. Salam

 Balaesang, 19 September 2023

Sabtu, 09 September 2023

Dunia Paralel di Balik Kacamata


Dunia Paralel di Balik Kacamata

Sari, seorang remaja yang tinggal di Indonesia, baru saja menerima hadiah ulang tahunnya yang ia tunggu-tunggu: sebuah kacamata VR (Virtual Reality) terbaru! Ia telah mendengar banyak tentang kemajuan teknologi ini melalui berbagai video yang ia tonton.

Malam itu, dengan penuh antusias, Sari memakai kacamata VR-nya. Tiba-tiba, seakan-akan ia berada di atas Tembok Besar China. Kemudian, dengan sekali kedip, ia berdiri di depan Piramida Mesir. Ia bahkan merasa sedang berada di dalam candi Borobudur. Semua tampak begitu nyata. "Wow! Ini luar biasa!" serunya.

Keesokan harinya, Sari membawa kacamata VR ke sekolah untuk membagikannya dengan teman-temannya. Saat istirahat, mereka mencoba aplikasi augmented reality (AR) untuk melihat informasi lebih lanjut tentang bunga yang tumbuh di halaman sekolah. Dengan AR, mereka bisa melihat nama, asal, dan sejarah bunga tersebut.

Namun, keesokan harinya, saat Sari memakai kacamata VR-nya lagi, sesuatu yang aneh terjadi. Ia menemukan dirinya berada di sebuah kota yang sepertinya familiar, tetapi ada sesuatu yang berbeda. Gedung-gedung memiliki label digital di atasnya yang menunjukkan informasi tentang gedung tersebut, seperti nama, fungsi, dan suhu sekitarnya.

Saat ia berjalan, Sari bertemu dengan seseorang yang tampak familiar. Pria tersebut tampak seperti Mark Zuckerberg. "Selamat datang di Metafase, dunia baru di mana realitas dan digital bersatu," kata pria itu.

Sari kemudian bertemu dengan berbagai tokoh terkenal dari masa lalu, seperti desainer teknologi Morden Helix dan tim dari Oculus. Mereka semua berbicara tentang sejarah dan evolusi VR dan AR.

Namun, di tengah-tengah perjalanan, Sari menyadari bahwa ada sesuatu yang salah. Dunia ini tampak begitu nyata, tetapi ia merasa terjebak. Ia ingin kembali ke dunianya, dunia nyata.

Dengan bantuan teman-teman barunya di dunia VR, Sari mencari cara untuk kembali. Setelah serangkaian petualangan, ia akhirnya menemukan pintu keluar dan kembali ke kenyataan, membawa pengalaman dan pengetahuan baru yang ia dapatkan.

Setelah kembali, Sari memutuskan untuk mendirikan startup yang fokus pada pengembangan edukasi berbasis VR dan AR. Ia ingin membagikan ilmu dan pengalamannya kepada dunia, agar lebih banyak orang dapat memanfaatkan teknologi ini untuk kebaikan.

Dalam beberapa tahun, startup Sari berkembang pesat. Ia berhasil mengubah cara orang belajar dan berkomunikasi, mengaburkan batasan antara dunia nyata dan dunia digital, dan membantu banyak orang menemukan potensi baru dalam diri mereka.

Seiring berjalannya waktu, teknologi VR dan AR semakin berkembang, tetapi Sari selalu ingat petualangan dan pelajarannya di dunia Metafase. Ia tahu bahwa teknologi ini memiliki potensi yang belum tergali sepenuhnya, dan ia berdedikasi untuk menjadikannya lebih bermanfaat bagi semua orang.

Balaesang, 09 September 2023

Sabtu, 02 September 2023

Jejak Malam Penutupan KBMN Gelombang 29

Hembusan angin pantai dan suara musik bernada riang menjadi paduan yang menghangatkan malam minggu di Pantai Molui. Malam ini kami, para penyelenggara pemilu  (PPK dan PPS) se-Balaesang mengadakan kemah untuk sekedar mengurai kepenatan setelah beberapa lama berkutat dengan pekerjaan terkait kepemiluan terlebih saat ini masih berada ditahapan pembaharuan Daftar Pemilih Tambahan (DPTb). Malam kemah penyelenggara bertepatan dengan malam penutupan Pelatihan KBMN. Meskipun sinyal di tempat ini tidak terlalu baik yang ditandai dengan terpental dari zoom beberapa kali namun saya masih bisa mengikutinya. 

Keberadaan Saya di komunitas ini merupakan sebuah ketersesatan namun ketersesatan tidak saya sesali bahkan sangat bersyukur bisa tersesat di grup ini karena dengan demikian saya bisa menggali  kembali kemampuan menulis yang pernah ada ketika diri masih berbalut seragam putih biru. Selain itu juga membuat saya lebih percaya diri mempublikasikan karya saya melalui blog meskipun sampai penutupan ini resume yang menjadi syarat kelulusan di KBMN ini belum tuntas saya kerjakan.
Di komunitas ini saya bertemu orang-orang hebat yang tidak pelit ilmu. Sejak pertemuan pertama yang digawangi oleh Prof. Wijaya Kusuma yang selalu memantik semangat untuk menulis setiap hari dan di pertemuan selanjutnya para narasumber memberikan 'modal' menulis yang luar biasa hingga tiba di pertemuan terakhir saya nekat mengikuti tantangan Prof. Eko Indrajit untuk menulis buku bersama dalam dua minggu. 
Membuat belasan resume mempunyai tantangan tersendiri terutama ketika akan menuliskan kalimat pertama. Masa iya setiap resume diawali dengan kata 'malam ini?'. Rasanya pasti sangat membosankan dan hal itu 'memaksa' saya memadumadankan kata dan...taraaa...berhasil, kisanak...hehehe... Mungkin inilah yang dimaksud oleh Om Jay dengan '......dan lihat apa yang terjadi'.
Saya berharap ide yang saya tuangkan dalam tulisan saya bisa membawa manfaat bagi orang-orang sekitar saya.  Oh ya, satu lagi harapan besar saya adalah bisa menerbitkan buku solo. 
Suara ombak, jerit jangkrik, dan lolongan anjing di kejauhan menjadi teman menghabiskan malam. Salam.


Balaesang, 02 September 2023

Berbagi ala Sulungku

Tips dan Trik Belajar Hukum bagi Penyeleggara Pemilu

                                               Tips dan Trik Belajar Hukum bagi Penyeleggara Pemilu KPU sebagai lembaga independen yang me...