Sri merasa
bahwa ini adalah saat yang tepat untuk merenungkan semuanya dengan lebih
tenang. Dia memutuskan untuk sementara pindah ke kota lain dengan alasan untuk
menenangkan diri.
Kota yang
jauh dari kampung halamannya itu memberikan Sri waktu dan ruang untuk merenung.
Dia berjalan-jalan sendirian di taman-taman kota, mendengarkan suara gemericik
air, dan merenungkan masa depannya yang kini penuh ketidakpastian. Sri tahu
bahwa keputusan suaminya untuk berkarier di politik adalah hal yang tidak pernah
terlintas dibenaknya. Namun, ketidakpastian hubungan mereka dan isu-isu yang
berkembang membuatnya merasa perlu untuk meresapi situasi dengan lebih dalam.
Selama beberapa
waktu, Sri juga menemukan teman-teman yang ramah di kota baru ini. Mereka
mendengarkan cerita Sri dengan penuh perhatian dan memberinya perspektif yang
berbeda. Sri mulai merasa lebih kuat dan siap untuk menghadapi apa pun yang
akan datang. Sepertinya Sri akan mengajukan pindah domisli agar tetap bisa
memberikan hak suaranya dalam pemilu nanti. Toh pindah memilih dalam pemilu dibenarkan
karena 9 (Sembilan) keadaan dan pindah domisili salah satunya. Penyelenggara Pemilu
juga sudah membuka Posko Layanan DPTb bagi pemilih yang akan pindah memilih. Tapi
bagaimana dengan nasib anaknya yang sementara ini dititipkan pada ibunya? Jujur
saja, Sri sudah sangat rindu pada buah hatinya tapi dia butuh ruang untuk
berpikir. Rindu untuk suaminya pun kadang menyelip tapi Sri mencoba unntuk
bertahan. Tiba-tiba pikiran lain terlintas dalam benak Sri. “Jangan-jangan Yadi
semakin dekat dengan perempuan itu sementara dirinya menenangkan diri” demikian
pikiran aneh itu menggerogoti benak Sri.
Akankah Sri
mendaftarkan diri pada Posko Pelayanan DPTb ataukah dia harus pulang agar
kedekatan suaminya dengan perempuan lain tidak semakin menjadi.?
Nantikan lanjutannya
dalam part berikut
Balaesang,
September 2023
Tidak ada komentar:
Posting Komentar