Seorang lelaki dengan kopiah yang menutupi sebagian rambut putihnya terlihat berdiri di depan sebuah lemari tua. Matanya tertuju pada sebuah piala tepatnya tulisan yang ada di bagian samping piala. Ingatannya melayang pada kejadian tiga puluh tahun yang lalu.
Flashback on
Suara MC membacakan pemenang lomba dalam rangka peringatan hari kemerdekaan masih bergema di pendopo kecamatan pada malam ramah tamah. Seorang pria terlihat berjalan memasuki ruangan bagian belakang pendopo. Di tangannya terpegang sebuah piala yang baru saja diterimanya. Dia mendekati seorang panitia lomba yang tampaknya sibuk dengan dokumen lomba yang baru saja berakhir sore tadi.
"Pak, saya mau mengatakan sesuatu' kata pria itu ragu.
"Tentang apa,pak? Si Panitia menjawab sambil meletakkan bolpoin di tangannya dan melihat ke arah pria di depannya.
"Saya ingin mengembalikan piala ini, pak. Saya tidak berhak menerimanya". Katanya lagi
Lho, kenapa pak?" Tanya Si Panitia sambil menatap dengan heran.
"Murid saya tadi tidak hadir dalam lomba, pak"
Rupanya pria itu adalah seorang guru.
"Tunggu sebentar, pak. Saya akan panggilkan seksi lombanya" kata Si Panitia sambil beranjak keluar dari ruangan. Tak lama kemudian dia kembali bersama seorang lelaki yang nampaknya adalah seksi lomba.
"Ada apa, pak?" Kata seksi lomba
Guru itupun menceritakan apa yang terjadi.
"Tapi dari rekapitulasi nilai yang dikumpulkan oleh dewan juri, murid bapak memperoleh nilai, pak". Kembali seksi lomba berargumen sambil memperlihatkan dokumen penilaian.
"Tapi, pak .." Pak Guru kehabisan kata-kata.
"Begini saja, pak. Bapak bawa saja pialanya. Piala yang disediakan oleh panitia lomba sejumlah pendaftar pada cabang lomba yang sedianya diikuti oleh murid Bapak. Anggaplah sebagai penghargaan karena telah mendaftar". Panitia menjelaskan.
Flashback off
Kembali tangan keriputnya mengusap piala itu. Dia memahami jika apa yang dilakukan panitia ketika itu agar kinerja panitia tidak dianggap buruk jika masalah itu diketahui umum. Setidaknya dia telah membuktikan integritas dirinya terlepas dari solusi yang ditawarkan panitia ketika itu. Integritas diri yang begitu dijunjungnya dan selalu di serukan kepada anak didiknya. Bahwa maruahmu tergantung pada integritas dirimu.
Diletakkannya kembali piala keemasan itu sambil mengusap wajahnya kemudian menggeleng dan tersenyum. Dia menghampiri istrinya yang tengah menghidangkan secangkir kopi dan sepiring pisang goreng. Sesekali dia mengangguk sambil teruntuk menjawab sapaan orang-orang yang melewati mereka. Bisa saja salah satu di antara orang-orang yang lewat itu adalah salah satu muridnya yang tiga puluh tahun lalu batal mengikuti lomba.
Balaesang, 18 Agustus 2023
Cari Blog Ini
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Berbagi ala Sulungku
Tips dan Trik Belajar Hukum bagi Penyeleggara Pemilu
Tips dan Trik Belajar Hukum bagi Penyeleggara Pemilu KPU sebagai lembaga independen yang me...
-
Augmented Reality sebenarnya bukan lagi hal baru. Hal ini dapat dilihat dari penggunaannya pada kartu yang biasa disematkan dalam makanan an...
-
Simulasi Pemungutan dan Penghitungan suara serta penggunaan Sirekap pada pemilihan umum 2024 adalah tajuk dari kegiatan yang dilaksanakan...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar