(Berapa sisa uang kas kelas yang pernah sa bayar?)
(Belum sa hitung, masih di tempat ibadah sa ini)
(28rb ko punya. Kenapa dan?)
(Ko kase maso di tempat ibadahmu saja.)
(Ow, Iyo dan)
(Kalo ko Kase maso te usah ko bilang namaku e)
(Ok, tenang saja. Terima kasih. Tuhan balas berkat .)
Demikian pesan WA yang kutemukan di ponsel sulungku. Tahun ini adalah awal perjalanan putih abu-abunya. Ada haru yang menggelitik ketika mengetahui semangat berbaginya kepada sesama serta toleransinya yang begitu besar.
Meskipun aku menganggap bahwa dia berbagi di tempat yang keliru menurutku karena rumah ibadah kami juga memerlukan uluran tangan. Tapi bukan itu yang penting, kan? Yang penting adalah kemauannya berbagi. Masalah berbagi dengan siapa aku rasa menjadi materi pembelajaran selanjutnya. Aku percaya ada alasan yang mendasari tindakanny itu. Konsep sedekah ( tangan kanan memberi, tangan kiri tak perlu tahu) pun dipahami dengan baik.
Aku lega karena ternyata pembelajaran dan pembiasaan berbagi dengan sesama yang kami berikan sejak dini bisa diserap dan diterapkan di dunia nyata. Tak terasa menitik air mataku. Aku bangga pada sulungku. Semoga keberkahan dalam kebaikan mengiringi langkahmu, nak
Tapango, 02 Juli 2023
Tidak ada komentar:
Posting Komentar